Mental Facisme di Lembaga Pemasyarakatan

Abstract

Lembaga Pemasyarakatan sebagai institusi yang melakukan pembinaan bagi warga binaan yang dahulu disebut narapidana hingga saat ini masih memberi gambaran suram kehidupan dibalik tembok yang sarat dengan tekanan ancaman,kekerasan fisik dan mental, pungli, korupsi, pemerasan tenaga untuk bekerja, memandang rendah warga binaan sebagai warga kelas dua,dan sebagainya mirip praktek budaya facisme yang mengakar di eropa akibat perang dunia I dan menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia yang pada akhirnya mempengaruhi pola perilaku orang Indonesia yang sudah memiliki pola dasar feodal,kesukuan,dan membedakan derajat atau kasta manusia. Practek facisme di dalam Lapas luas pemberitaan tapi sulit dilihat oleh dunia luar. Semua berlangsung aman dan wajar namun menyakitkan warga binaan. Menyisakan masalah kesehatan mental yang justru tidak membuat warga binaan  siap untuk kembali bermasyarakat. Kurangnya pemahaman petugas Lapas bahwa kehilangan kemerdekaan adalah satu-satunya hukuman sehingga dilarang menambah beban warga binaan dengan berbagai tindakkan berbau facisme namun berkedok pembinaan. Metoda penelitian ini adalah studi pustaka. Hasil penelitian ini adalah Facisme dengan cara cara terselubung dipraktekkan dibalik tembok Penjara sejak dulu      hingga saat ini. Sistem social yang terbentuk di Lapas antara warga binaan dengan petugas maupun antar warga binaan sendiri yang berdasarkan saling menguntungkan melahirkan berbagai penyimpangan terhadap peraturan. Kondisi ini berujung pada berbagai gangguan kesehatan mental warga binaan.